Klanting Cenil yang Susah
Flash back tapi bikin rindu, dulu waktu aku masih SD Mak Kah langgananku yang sering teriak teriak depan rumah menjajakan camilan basah khas tradisional Jawa, yaps klanting, cenil dan kawan-kawannya, di bungkus dengan daun pisang mini hanya 1000 sudah kenyang. Kali ini aku akan focus membahas tentang si klanting dan cenil saja.
Untuk mendapatkannya kini tak semudah menunggu Mak lewat depan rumah, melainkan kita wajib kulineran sendiri, carinya harus jauh, kadang tutup. Seusia senja nenek-nenek yang menjajahkan makanan iki jarang atau lebih di bilang susah menemukan. Klantin dan cenil sama sama terbuat dari tepung ketan yang dibentuk lonjong berwarna pink kemarahan untuk klanting, sedangkan untuk cenil biasanya berwarna hijau di iris khas dengan benang. Beda teksture si klanting lebih kenyal dan cenil mudah untuk di gigit. Untuk menikmati ini sama-sama di hidangkan dengan parutan kelapa dan siraman gula jawa. Untuk klanting rasanya hambar dan untuk cenil sedikit asin dan gurih.
Untuk mendapatkannya kini tak semudah menunggu Mak lewat depan rumah, melainkan kita wajib kulineran sendiri, carinya harus jauh, kadang tutup. Seusia senja nenek-nenek yang menjajahkan makanan iki jarang atau lebih di bilang susah menemukan. Klantin dan cenil sama sama terbuat dari tepung ketan yang dibentuk lonjong berwarna pink kemarahan untuk klanting, sedangkan untuk cenil biasanya berwarna hijau di iris khas dengan benang. Beda teksture si klanting lebih kenyal dan cenil mudah untuk di gigit. Untuk menikmati ini sama-sama di hidangkan dengan parutan kelapa dan siraman gula jawa. Untuk klanting rasanya hambar dan untuk cenil sedikit asin dan gurih.
Komentar
Posting Komentar